Sabtu, 21 Agustus 2010

KONSELING KELOMPOK PSIKODRAMA

Psikodrama merupakan suatu cara mengeksplorasi kejiwaan manusia melalui adegan drama, yang diciptakan dan dikembangkan oleh J.L. Moreno sekitar tahun 1920-1930 (D’Amato & Dean, 1988; Goldman & Morrison, 1984).

A. Premis Konseling Kelompok Psikodrama
Premis-premis dalam kelompok psikodarama diantaranya ialah:
1. Manusia dalam masyarakat terus menerus berkembang dan sadar terhadap kejadian yang menyentuh kehidupan mereka pada suatu tahap perkembangan.
2. Hati psikodrama adalah pertemuan, konsep eksistensialis yang melibatkan kontak psikologis dan fisik yang menyeluruh antara orang-orang atas dasar kesempurnaan, konkrit dan intens dalam “here and now”.
3. Spontanitas adalah respon seseorang yang berisi tingkat ketepatan pada situasi baru atau tingkat kejujuran pada suatu situasi lama.
4. Situasi, dititikberatkan pada sekarang yang memunculkan hambatan waktu yang alami, ruang dan keadaan eksistensi yang dihapuskan.
5. Telekomunikasi perasaan-perasaan yang menyeluruh di antara orang-orang sebagai perekat yang membangun kelompok secara bersama, misalnya empati.
6. Katarsis dan pemahaman, merupakan produk akhir dari spontanitas dan telekomunikasi.

B. Praktek Psikodrama dalam Kelompok
Praktek psikodrama berlangsung secara multidimensional. Pertama, terdapat faktor-faktor personal dan fisik yang harus dipertimbangkan, seperti:
1. The stage (panggung) merupakan tempat dimmana peerbuatan berlangsung, yang mungkin berbentuk flat resmi, bagian kamar dan sebagainya.
2. Protagonist (protagonis) adalah seorang pelaku yang memerankan perilaku jelas psikodrama. Ia dapat memainkan banyak bagian. Di satu saat ia memainkan bagian berbeda dari diri sendiri, pada saat lain ia keluar dari babak dan mengobservasi. Unsur kunci pada protagonist adalah spontanitas.
3. Aktor merupakan orang yang memainkan bagian objek atau orang penting yang lain dalam permainan itu.
4. Sutradara atau konselor adalah seseorang yang mengarahkan.
5. Penonton adalah istilah yang dipakai untuk menerangkan orang lain yang mungkin hadir selama psikodrama. Keberadaan penonton bertujuan memberi umpan balik menanggapi apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan selama psikodrama.

Teknik yang dipakai dalam psikodrama bergantung pada banyak variabel. Variabel penting yang mempengaruhi penggunaan teknik adalah situasi protagonist, keterampilan sutradara, kemampuan perolehan aktor, besarnya audiens (penonton), tujuan sesi, fase pelaksanaan psikodrama.
Proses psikodrama pada umumnya berlangsung melalui tiga fase, yaitu:
a. Fase pemanasan, fase ini ditandai dengan penentuan sutradara yang siap memimpin kelompok dan konseli siap dipimpin. Proses ini melibatkan aktivitas verbal dan nonverbal. Fase ini harus mempersiapkan segala sesuatu untuk masuk pada fase tindakan.
b. Fase tindakan, fase ini melibatkan tindakan yang jelas kepedulian-kepedulian protaganist. Hal terpenting dalam fase ini adalah bahwa protagonist mengekspresikan emosi-emosi tertekan dan menemukan cara baru yang efektif untuk bertindak.
c. Fase integrasi, fase ini melibatkan diskusi dan penutupan (closure). Umpan balik sangat penting dari setiap konseli dan protagonist agar tindakan yang jelas (enactment) perubahan dan integrasi tercipta.

Sebenarnya banyak teknik psikodrama, tetapi berikut ini hanya beberapa teknik utama yang dikemukakan sebagai berikut:
1. Creative imagery, teknik pemanasan untuk mengundang peserta psikodrama membayangkan babak dan objek yang menyenangkan dan netral, ide teknik ini membantu peserta menjadi lebih spontan.
2. The magic shop, teknik pemanasan yang berguna bagi protagonist yang ragu tentang nilai mereka dan tujuan.
3. Sculpting, konseli kelompok menggunakan metode nonverbal untuk menyusun orang lain dalam kelompok konfigurasi seperti kelompok orang yang signifikan yang sesuai dengan orang-orang dalam keluarganya dan sebagainya. Penyusunan ini melibatkan postur tubuh dan membantu konseli melihat, mengetahui persepsi mereka tentang orang lain yang signifikan dengan cara yang lebih dinamis.
4. Teknik berbicara, teknik ini melibatkan protagonist memberi suatu monolog tentang situasinya.
5. Monodrama (autodrama), bentuk inti terapi gestalt. Dalam teknik ini, protagonist memainkan semua bagian tindakan yang jelas; tidak terdapat ego pembantu yang digunakan.
6. The double and multiple double techniques, suatu teknik yang terdiri atas pengambilan peran aktor dari ego protagonist dan membantu protagonist mengekspresikan perasaan sesungguhnya secara lebih jelas. Jika protagonist memiliki perasaan ragu, maka teknik multiple double dapat digunakan.
7. Role reversals, teknik dimana protagonist memindahkan peran dengan orang lain pada tahap dan memainkan bagian orang itu; konseli kelompok berbuat bertentangan dengan apa yang mereka rasakan.
8. Teknik cermin, protagonist memperhatikan dari luar tahap sementara seorang ego pembantu mencerminkan kata-kata, mimik, dan postur protagonist. Teknik ini dipakai pada fase tindakan untuk membantu protagonist melihat dirinya secara lebih akurat.

C. Peran Konselor Psikodrama
Konselor dalam psikodarama berperan sebagai sutradara yang memiliki banyak peran. Moreno (1953, 1964) menyarankan bahwa sutradara berperan sebagai produser, fasilitator, pengamat, dan seorang analis. Blatner (1988a) menyatakan lebih lanjut bahwa seorang sutradara seyogianya membangun keterampilannya dalam tiga bidang yang saling tergantung, yaitu: (a) pengetahuan tentang metode-metode, prinsip-prinsip, dan teknik-teknik; (b) pemahaman tentang teori kepribadian dan hubungannya dengan pengembangan pembentukan filosofi hidup; c. pematangan dan perkembangan kepribadiannya sendiri. Ia juga menambahkan bahwa ilmu pengetahuan yang luas tentang hidup dan hakikat manusia, seorang sutradara diharapkan memiliki kerja khusus dalam bidang pokok seperti psikologi umum, proses kelompok, psikologi humanistik, teori komunikasi, dan komunikasi nonverbal.
Sutradara berfungsi untuk menyelenggarakan tugas-tugas seperti memimpin pengalaman pemanasan, mendorong pengembangan kepercayaan dan spontanitas, menetapkan struktur, agar protagonist dapat mengidentifikasi dan bekerja berdasarkan pokok-pokok pikiran yang signifikan dalam hidup mereka, melindungi konseli dari terbius oleh orang lain dan membawakan beberapa bentuk penghentian sesi kelompok (Hashell, 1973; Ohlsen et al., 1988). Untuk menyelenggarakan tugas tersebut dengan benar, sutradara yang potensial seyogianya sudah mengalami banyak psikodrama dan mendapatkan supervisi langsung dari sutradara yang lebih berpengalaman. Secara menyeluruh, Corsini (1966) menyimpulkan bahwa sutradara kelompok yang efektif memiliki tiga kualitas, yaitu : 1) kreativitas, 2) dorongan, dan 3) kharisma. Individu seperti ini akan bekerja keras untuk kebaikan kelompok dan senantiasa berani mengambil resiko untuk membantu konseli mencapai tujuan.

D. Hasil yang Diinginkan dari Konseling Kelompok Psikodrama
Moreno (1964) berpendapat bahwa hasil psikodrama yang diinginkan dapat dikemukakan seperti penciptaan katarsis, pemahaman dan resolusi emosional. Yablonsky (1976) mengatakan bahwa tujuan psikodrama Moreno adalah untuk mengembangkan suatu theatrical catedral bagi perilisan spontanitas manusia yang alami dan kreativitas yang dimiliki tiap orang secara alami. Melalui psikodrama, individu seyogianya mampu mengalami dan bekerja melalui kejadian yang diantisipasi sekarang, masa lalu yang menyebabkan mereka tertekan. Ketika mereka telah memperoleh pemahaman kognitif dan emosional dengan mengatasi kesulitan-kesulitannya, maka mereka akan mencapai tahap kesadaran diri, penyesuaian kembali, integrasi, penemuan, kontrol dan pencegahan (Ohlsen et al, 1988).
Secara lebih esensial, peserta psikodrama rela mengambil resiko dan terbuka terhadap umpan balik yang konstruktif dari audiens dan sutradara. Salah satu yang diinginkan dari psikodrama adalah pembelajaran yang terjadi ketika seseorang bukan protagonist utama. Ada pengaruh pemindahan dari pendekatan ini yang membantu dan memperhatikan karakter orang terutama mencapai resolusi pada persoalan penting.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar